Sudah agak lama aku mengetahui info vaksin IPD, sejak anak pertamaku berumur 9 bulanan, pada waktu itu aku baca di tabloid nakita, namun saat itu aku belum tertarik karena masih banyak pro dan kontranya, hanya sekedar wacana vaksin yang dianjurkan, apalagi saat itu harganya relatif mahal juga.
Sekarang anak keduaku dah berumur 2 bulan, aku jadi melek mata, setelah banyak cari info, ternyata vaksin IPD sangat penting, meski harganya masih relatif mahal antara 600-800 ribu ( di luar jawa nih ya :) ).
Apa itu IPD
IPD (Invasive Pneumococcal Disease) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus (Streptococcus pneumoniae) yang invasif cepat masuk ke sirkulasi darah dan bersifat merusak (berbahaya) sebagai penyebab penyakit radang paru-paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis), dan infeksi darah (bakterimia). Yang paling fatal bila bakteri pneumokokus menyerang otak. Pada kasus-kasus meningitis seperti ini, kematian akan menyerang 17% penderita hanya dalam kurun waktu 48 jam setelah terserang. Kalaupun dinyatakan sembuh umumnya meninggalkan kecacatan permanen.
WHO menghitung pada tahun 2006, sekitar 700.000-1.000.000 anak meninggal tiap tahunnya karena pneumokokus. WHO juga meneliti pneumokokus menjadi penyakit yang bisa di cegah dengan imunisasi tapi menyebabkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang, dengan bayi baru lahir hingga bocah usia 2 tahun berisiko tinggi terkena IPD. Di Indonesia, ada 6 juta anak meninggal karena penyakit IPD setiap tahunnya. Sementara berdasarkan survei Departemen Kesehatan 2001, pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di Indonesia, dengan persentase 23%.
IPD sebenarnya dapat diobati dengan cara pemberian antibiotika dosis tinggi, tetapi saat ini banyak bakteri S.pneumoniae yang sudah kebal terhadap beberapa antibiotika misalnya penisilin, sehingga semakin mempersulit pengobatannya. Itulah sebabnya, pencegahan lebih diperlukan daripada pengobatan. Vaksinasi dipercaya sebagai langkah protektif terbaik mengingat saat ini resistensi kuman pneumokokus terhadap antibiotik semakin meningkat. Berikan vaksin pneumokokus pada bayi dan balita. Inilah satu-satunya cara pencegahan IPD yang efektif. Dengan vaksin, penyakit IPD bisa dicegah hingga maksimal yaitu hingga 97 persen pada bayi yang telah menerima vaksinasi penuh (4 dosis) dan 89 persen efektif dalam mencegah semua kasus IPD pada anak yang telah mendapat satu kali atau lebih dosis vaksinasi.
Jenis Vaksin
- Prevenar atau PCV 7 (diseluruh dunia sama mereknya) berisi 7 serotype (4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F and 23F). Bisa diberikan pada bayi sejak usia 2 bulan. Harganya relatif mahal (sekitar 600-800 ribu)
- Pneumo 23 berisi 23 serotype:
1, 2, 3, 6B, 7F, 8, 9N, 9V, 10A, 11A, 12F, 14, 15B, 17F, 18C, 19A, 19F, 20, 22F ,23F, 33F, diberikan pada anak berusia lebih dari 2 tahun. Harganya lebih murah.
Jadwal Pemberian
Berdasarkan rekomendasi IDAI tahun 2006, vaksin IPD termasuk dalam salah satu jadwal rekomendasi vaksinasi dan dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin lain seperti DPT, Hepatitis B, HIB, Polio, dan MMR. Sejak 2006, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga telah mengeluarkan izin edar untuk vaksin pneumokokus di Indonesia. Jadwal pemberiannya dikategorikan sebagai berikut:
- Bayi umur <6> : diberikan 4 kali yaitu 3 kali suntikan dasar umur 2 , 4, 6 bulan (selang 2 bulan) dan 1 kali ulangan/booster di umur 12 - 15 bulan
- Bayi umur 6-12 bulan : diberikan 3 kali yaitu 2 kali suntikan dasar dengan tenggang waktu selang 4 minggu antar suntikan dan 1 kali ulangan di umur 12 - 15 bulan
- Anak umur 1-2 tahun : diberikan 2 kali suntikan dasar dengan tenggang 2 bulan dan tanpa suntikan ulangan
- Anak umur >2 tahun : diberikan 1 kali suntikan dasar tanpa ulangan/booster
Efek Samping Pemberian
Reaksi umum dari vaksin ini sama seperti semua jenis vaksin. Menurut labelnya, efek samping yang sering terjadi pada pemberian prevenar pada saluran pencernaan adalah diare dan muntah. Sedangkan reaksi terhadap vaksin yang terbanyak dilaporkan adalah demam ringan ringan < 38 derajat Celcius, rewel, mengantuk (drowsy), dan beberapa reaksi ringan lainnya yang biasa ditemui pada pemberian berbagai jenis vaksin. Bila ada riwayat reaksi alergi terhadap imunisasi Dipteria (DPT), maka tidak diberikan imunisasi IPD jenis Prevenar (kontraindikasi), karena dalam Prevenar ada kandungan varian dari Diphteria toxin (sebagai protein-carrier).
Pro Kontra
Di Amerika, sejak tahun 2000 sudah disuntikan wajib dan laporan ilmiah tahun 2001 telah 23 juta dosis diberikan dengan efek samping yang tidak jauh lebih banyak dari efek samping imunisasi rutin saat itu. Sampai sekarang telah direkomendasikan di Australia, Korea, Philipina, Spanyol, Malaysia, Singapore dan Canada. Dan pertanyaannya adalah 'Apakah benar-benar diperlukan di Indonesia?
Sebenarnya masih ada pertanyaan apakah serotype yang digunakan pada Prevenar sesuai dengan serotype di Indonesia. Karena itu baru akan dilakukan penelitian. Kalau misalnya lebih spesifik dan lebih sedikit jumlahnya, mungkin bisa diproduksi dengan harga lebih murah. Pemilihan 7 serotype pada vaksin prevenar ini didasarkan pada pemberian di Malaysia, Singapura, Philiphina dan Australia yang dianggap berdekatan dan memiliki ciri geografis seperti Indonesia. Maka perlu digalakkan penelitian untuk memastikan jenis serotype-nya sehingga dapat dinilai efektif tidakkah pemberian vaksin prevenar di Indonesia.
No comments:
Post a Comment